Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kebakaran pada bangunan gedung. Misalnya saja, faktor manusia, lingkungan, dan teknis. Kesalahan manusia merupakan penyebab kebakaran yang paling umum. Hal ini dapat terjadi akibat kelalaian atau ketidakhati-hatian, kesalahan dalam penggunaan alat atau bahan yang mudah terbakar. Contohnya, korek api, lilin, kabel listrik yang konsleting, dan lain sebagainya.

Kebakaran juga bisa terjadi karena kerusakan pada instalasi listrik dan sistem pemanas. Hal ini bisa disebabkan oleh kabel yang terkelupas, arus pendek, dan lain-lain. Untuk itu, setiap penghuni bangunan gedung diwajibkan untuk mematuhi aturan keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar.

Faktor penyebab kebakaran

Selain karena faktor manusia, terdapat beberapa penyebab kebakaran, di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Faktor lingkungan
    Kebakaran bisa saja disebabkan oleh cuaca panas, angin kencang, dan kekeringan yang dapat memicu kebakaran.
  2. Faktor teknis
    Kebakaran bisa terjadi karena kerusakan pada instalasi listrik dan sistem pemanas. Hal ini bisa disebabkan oleh kabel yang terkelupas, arus pendek, dan lain-lain.
  3. Faktor kimia
    Tak jarang banyak kasus kebakaran yang disebabkan oleh bahan kimia yang mudah terbakar. Misalnya, bahan bakar, minyak, dan gas yang dapat menjadi penyebab kebakaran jika tidak ditangani dengan benar.
  4. Faktor alam
    Misalnya saja, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan petir.

Kelas-kelas kebakaran

Dari penyebab kebakaran yang disebutkan di atas, pemilihan alat pemadam yang tepat sangat penting untuk memadamkan api pada jenis kebakaran tertentu. Oleh karena itu, pemahaman tentang kelas-kelas kebakaran sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang, khususnya pekerja yang berada di bangunan gedung.

  1. Kelas A
    Jenis kebakaran yang terjadi pada bahan padat yang umumnya tidak mudah meleleh, seperti kayu, kertas, kain, dan plastik. Alat pemadam kebakaran yang cocok untuk kebakaran kelas A adalah alat pemadam api jenis air, busa, atau bahan kimia khusus yang cocok untuk bahan padat.
  2. Kelas B
    Jenis atau kelas kebakaran yang terjadi pada bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti bensin, minyak, pelarut, dan gas alam. Alat pemadam kebakaran yang cocok untuk kebakaran kelas B adalah alat pemadam api jenis busa atau bahan kimia khusus yang cocok untuk bahan cair atau gas.
  3. Kelas C
    Kebakaran yang terjadi pada peralatan listrik yang masih terhubung dengan sumber listrik. Alat pemadam kebakaran yang cocok untuk kebakaran jenis ini adalah alat pemadam api jenis bahan kimia khusus yang non konduktif karena tidak menimbulkan arus listrik ketika digunakan.
  4. Kelas D
    Kebakaran yang terjadi pada bahan logam yang mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, dan natrium. Alat pemadam kebakaran yang cocok untuk kebakaran ini adalah alat pemadam api jenis bahan kimia khusus yang cocok untuk bahan logam.
  5. Kelas K
    Kebakaran yang terjadi pada minyak goreng, lemak, dan bahan organik lainnya pada dapur atau restoran. Alat pemadam kebakaran yang cocok untuk kebakaran kelas K adalah alat pemadam api jenis busa atau bahan kimia khusus yang cocok untuk bahan organik ataupun minyak.

Dengan begitu, setiap bangunan gedung diwajibkan untuk menyediakan sistem pemadam api aktif dan pasif yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Misalnya saja, peletakan alat pemadam api ringan (APAR) di titik strategis.

Selain itu, untuk mengatasi dan meminimalkan kebakaran, diperlukan tindakan-tindakan pencegahan dan juga tindakan untuk mengatasi kebakaran jika terjadi. Tindakan ini dikenal dengan istilah Fire Safety.

Apa yang dimaksud dengan Fire Safety?

Fire safety atau keselamatan kebakaran adalah tindakan atau upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran dan mengurangi risiko kebakaran, serta memberikan perlindungan dan keselamatan bagi manusia dan properti jika kebakaran terjadi.

Tujuan utama dari fire safety adalah untuk menjaga keselamatan manusia dan melindungi properti dari kerusakan atau kehilangan akibat kebakaran. Karena itu, fire safety sangat penting dalam lingkungan kerja, bangunan umum, perumahan, dan tempat lain yang memiliki potensi risiko kebakaran.

Dalam pelaksanaannya, fire safety melibatkan berbagai aspek, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Penempatan dan pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran
  2. Pelatihan dan simulasi evakuasi
  3. Pemeriksaan dan perawatan peralatan dan instalasi yang rentan terhadap kebakaran
  4. Pengaturan dan pemantauan sistem alarm kebakaran dan pencahayaan darurat

Langkah-langkah dalam fire safety

  1. Identifikasi risiko kebakaran
    Lakukan pemeriksaan lingkungan dan identifikasi potensi risiko kebakaran, seperti sumber api, bahan yang mudah terbakar, dan kondisi yang menyebabkan kebakaran.
  2. Pemasangan sistem deteksi kebakaran
    Pemasangan sistem deteksi kebakaran seperti alarm kebakaran dan sensor asap untuk mendeteksi kebakaran secara dini dan memberikan peringatan kepada orang-orang sekitar.
  3. Perawatan dan inspeksi peralatan kebakaran
    Pemeriksaan, perawatan, dan penggantian secara berkala peralatan kebakaran seperti alat pemadam api, selang pemadam kebakaran, dan hydrant untuk memastikan bahwa peralatan tersebut siap digunakan pada saat terjadi kebakaran.
  4. Pelatihan dan simulasi evakuasi
    Melakukan pelatihan dan simulasi evakuasi secara berkala untuk memastikan bahwa semua orang tahu cara mengatasi situasi kebakaran dan dapat keluar dari bangunan dengan aman.
  5. Pemeliharaan instalasi listrik
    Pastikan bahwa instalasi listrik dan peralatan lainnya berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan risiko kebakaran.
  6. Mengatur dan memastikan kebersihan lingkungan
    Pastikan area sekitar terjaga kebersihan dan kerapihannya untuk menghindari terjadinya kebakaran.
  7. Penerapan peraturan dan regulasi
    Mengikuti regulasi dan peraturan yang ditetapkan oleh pihak berwenang terkait keselamatan kebakaran, serta membuat kebijakan dan prosedur yang jelas terkait keselamatan kebakaran dan memastikan bahwa semua orang mematuhi kebijakan tersebut.
  8. Perencanaan evakuasi
    Membuat rencana evakuasi yang jelas dan memastikan bahwa semua orang di gedung atau lingkungan tahu tentang rencana tersebut.
  9. Mengatur sistem pencahayaan darurat
    Pemasangan sistem pencahayaan darurat agar orang-orang dapat melihat dan mengevakuasi bangunan dengan aman saat terjadi kebakaran.
  10. Mengatur sistem pemadam kebakaran
    Pastikan bahwa sistem pemadam kebakaran berada di tempat yang mudah diakses dan dalam kondisi yang baik.
  11. Mengikuti pembinaan, pelatihan, dan sertifikasi K3
    Mengingat kebakaran bisa terjadi kapan pun, setiap pengusaha atau perusahaan yang memiliki tingkat risiko tinggi diharapkan memiliki ahli K3. Salah satu tugas dari seorang ahli K3 adalah untuk melakukan proses identifikasi bahaya yang mungkin terjadi. Selain itu, ahli K3 juga berperan dalam memastikan prosedur mitigasi bencana telah direncanakan dan diimplementasikan dengan baik. Prosedur ini juga dikenal dengan sebutan K3 kebakaran.

K3 kebakaran merupakan singkatan dari keselamatan dan kesehatan kerja dalam hal pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Adanya K3 kebakaran ditujukan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengurangi risiko kebakaran di tempat kerja, serta memastikan keselamatan dan kesehatan karyawan selama bekerja.

Salam Safety,

DKA Training & Consulting

Hotline : 0811-1166-562
Email : training@dka.co.id